LITERASI SAINS
LITERASI SAINS
A. Pengertian
Literasi Sains
Kemajuan di berbagai bidang tidak
terlepas dari sains. terjadinya percepatan
perubahan dalam berbagai aspek atau bidang termasuk dalam bidang pendidikan.
Tuntutan abad 21 menjadikan sistem pendidikan harus sesuai dengan perubahan
zaman. Seperti yang dilansir menurut Correia et al.,(2010): The relevance of
such educational issues is confirmed by
the United Nations, which declared the years between 2005 and 2014 to be the
‘Decade of Education for Sustainable
Development”. Relevansi isu pendidikan yang dikonfirmasi oleh UN (PBB) saat
dideklarasikan, antara tahun 2005 dan 2014 mengenai dekade pendidikan untuk
pengembangan ketahanan. Sikap terhadap tantangan baru dari post-industrial
societyadalah konsekuensi langsung dari perkembangan saintifik dan teknologi,
ledakan pengetahuan dan globalisasi. Dukungan dari berbagai pihak diperlukan
untuk mencapai ketercapaian yang sesuai dengan era perkembangan abad 21. Literasi
sains menjadi sangat penting untuk dimiliki peserta didik sebagai bekal untuk
menghadapi tantangan perkembangan abad 21. Hal tersebut sejalan dengan kutipan
Treacy et al., (2010):“Scientific literacy is directly correlated with building
a new generation of stronger scientific minds that can effectively communicate
research science to the general public”. Literasi
sains berhubungan langsung dengan membangun generasi baru dengan pemikiran
ilmiah yang lebih kuat yang dapat secara efektif mengkomunikasikan penelitian
ilmiah kepada masyarakat umum ".
Literasi sains menurut PISA (2010) diartikan sebagai “ the capacity to
use scientific knowledge, toidentify questions and
to draw evidence-based conclusions in order to understand
and help make decisions about the natural world
and the changes made to it through human activity”. Terjemahan
dalam bahasa indonesianya adalah kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, untuk
mengidentifikasi pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berbasis bukti agar
dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang gejala alam dan perubahan
yang terjadi pada alam melalui aktivitas manusia. Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep- konsep
ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi,
partisipasi, dan produktivitas ekonomi. (Astuti, 2016)
B.
Literasi Sains dalam Pembelajaran
Salah satu kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan Millers (Astuti, 2016) yang berhubugan dengan literasi sains menyatakan literasi sains secara
global sangat rendah. Rendahnya kemampuan
literasi sains peserta didik merupakan suatu
alasan yang melandasi pemerintah
melakukan revisi kurikum 2006 ke 2013. Evaluasi
literasi sains yang dilakukan memberikan
perhatian terhadap aspek kognitif dan afektif
siswa. Aspek kognitif meliputi pengetahuan
siswa dan kapasitasnya untuk menggunakan
pengetahuan secara efektif dan melibatkan
proses kognitif yang merupakan karakteristik
sains dalam bidang personal, sosial, dan
global. Aspek afektif berhubungan dengan masalah
yang dapat dipecahkan oleh pengetahuan
sains dan membentuk siswa yang mampu untuk
membuat keputusan pada saat ini maupun masa
depan (PISA, 2010). PISA menetapkan tiga aspek dari komponen
kompetensi/proses sains berikut dalam penilaian
literasi sains, yakni mengidentifikasi
pertanyaan ilmiah, menjelaskan
fenomena secara ilmiah dan menggunakan
bukti ilmiah.
Tabel 1. Kompetensi dalam Literasi Sains
No
|
Kompetensi
|
Indikator
|
1.
|
mengidentifikasi isu-isu (masalah) ilmiah
|
mengenali masalah yang mungkin untuk penyelidikan
ilmiah, mengidentifikasi kata
kunci untuk mencari informasi ilmiah, mengenali fitur kunci dari
penyelidikan ilmiah.
|
2.
|
menjelaskan fenomena ilmiah
|
menerapkan ilmu pengetahuan dalam situasi tertentu,
menggambarkan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan,
mengidentifikasi deskripsi yang tepat, memberikan penjelasan, dan
prediksi
|
3.
|
menggunakan bukti ilmiah
|
Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat kesimpulan dan
mengkomunikasikan, mengidentifikasi asumsi, bukti, dan alasan di balik
kesimpulan, berkaca pada implikasi sosial dari ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknologi
|
Untuk mengkategorikan kemampuan siswa dalam literasi sains Bybee(Soobard & Rannikmäe,
2011) mengusulkan kerangka kerja yang terdiri atas empat tingkatan yaitu:
nominal, fungsional, prosedural dan multidimensional. Adapun Gambaran umum
atau kategori kemampuan literasi sains yang disusun seperti Tabel 2.
nominal, fungsional, prosedural dan multidimensional. Adapun Gambaran umum
atau kategori kemampuan literasi sains yang disusun seperti Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Jawaban Siswa Menurut Tingkat
Literasi Sains
Tingkat
|
Deskripsi
|
Nominal
|
Siswa
setuju dengan apa yang dinyatakan orang lain tanpa adanya ide-ide sendiri.
Siswa mengunakan/memanfaatkan dan menuliskan
istilah ilmiah, namun tidak mampu untuk membenarkan istilah atau mengalami
miskonsepsi
|
Fungsional
|
Siswa
mampu mengingat informasi dari buku teks misalnya menuliskan fakta fakta
dasar, tetapi tidak mampu membenarkan pendapat sendiri berdasarkan pada teks
atau grafik yang diberikan.
Siswa
bahkan mengetahui konsep antar disiplin, tetapi tidak mampu
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep tersebut. |
Konseptual/ prosedural
|
Siswa
memanfaatkan Konsep antar disiplin ilmu dan menunjukkan
pemahaman dan saling keterkaitan.
Siswa
memiliki pemahaman tentang masalah,membenarkan jawaban dengan benar informasi
dari teks, grafik atau tabel.
Siswa
mampu menganalisis alternatif solusi
|
Multidimensional
|
Siswa
memanfaatkan berbagai konsep dan menunjukkan kemampuan untuk menghubungkan
konsep-konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari.
Siswa
mengerti bagaimana ilmu pengetahuan, masyarakat dan teknologi yang saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Siswa
juga menunjukkan pemahaman tentang sifat ilmu
pengetahuan melalui jawabannya. |
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris Odja, Citron S. Payu. (2014). Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa Pada
Konsep IPA. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo.
Astuti, Yani Kusuma.
(2016). Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA. Indramayu: STKIP NU Indramayu.ISSN 1693-7945 Vol.VII
No.3B
Bybee, R. W. (2009).
PISA’S 2006 Measurement
of Scientific Literacy: An Insider’s
Perspective for the U.S. A
Presentation for the NCES PISA Research
Conference. Washington: Science
Forum and Science Expert Group.
Correia, P.R. Miranda., Valle, B. Xavier., Dazzani,
Melissa., Malachias, M.E Infanta. (2010). The Importance of Scientific Literacy
in fostering education for
Sustainability: Theoretical considerations and preliminary findings from a Brazilian
experience.Journal of Cleaner Productions. 18: 678- 685
Mamat Arohman.,
Saefudin., Didik Priyandoko. (2016). Kemampuan
Literasi Sains Siswa pada Pembelajaran Ekosistem. Proceeding Biology Education Conference. Bandung: UPI (ISSN: 2528-5742),
Vol 13(1) 2016: 90-92
PISA. (2010). Assessment Framework Key Competencies In Reading ,mathematics and
science. OECD
Treacy, Daniel J., Collins, Melissa S. Kosinski. (2011).
Using the Writing and Revising of Journal Articles to Increase Science
Literacy and Understanding in a Large Introductory Biology Laboratory Course.
Atlas Journal of Science Education. 1(2): 29-37.
Post a Comment for "LITERASI SAINS "