TEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan sebuah proses kehidupan
yang akan dialami oleh setiap manusia disepanjang perjalanan hidupnya. Disadari atau tidak manusia akan selalu
mengalami proses belajar, karena belajar itu sendiri adalah proses ketika
organime berubah perilakunya sebagai akibat dari
adanya pengalaman (Gagne, 1984 dalam Dahar, 2006). Kegiatan belajar sangat
dipengaruhi oleh bermacam-macam factor. Metode dan strategi belajar sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan
suatu siswa dalam mencapai suatu tahap
hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya. Strategi
pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-pakar
pendidikan. Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar
psikologi pendidikan banyak macamnya, seperti teori pembelajaran David Ausubel.
David
ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut ausubel bahan subjek
yang dipelajari oleh siswa mestilah “ bermakna” (meaningfull). Agar pemahaman materi pelajaran dapat lebih mudah
dipelajari hendaknya setiap orang belajar secara bermakna yaitu dengan
mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui
sebelum-nya. Dengan adanya kemampuan guru mengaitkan pengetahuan awal dengan
pengetahuan yang akan dipelajari, dapat diharapkan bahwa siswa akan terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran. Novak (1985) mengemukakan belajar
bermakna sebagaimana dikemukakan Ausubel di atas dapat dilakukan dengan pertolongan
peta konsep atau pemetaan konsep. Peta konsep adalah suatu alat yang dapat
membantu para siswa melihat dan memahami keterkaitan antar konsep yang telah
dikuasainya. Pemetaan konsep sangat efektif untuk membantu siswa belajar
bermakna, yaitu memahami hubungan logika antara konsep yang satu dengan konsep
yang lain (Mardiningsih, 2001).
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan
konsep?
2.
Bagaimana penguasaan
konsep?
3.
Apakah yang dimaksud
dengan peta konsep?
4.
Apa sajakah macam-macam
dari peta konsep?
5.
Bagaimana cara menyusun
peta konsep?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
pengertian konsep
2.
Untuk mengetahui cara
penguasaan konsep
3.
Untuk mengetahui pengertian
peta konsep
4.
Untuk mengetahui
macam-macam peta konsep
5.
Untuk mengetahui cara
menyusun peta konsep
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konsep
Menurut Ratna Willis Dahar (1989:79), konsep merupakan batu-batu
landasan berfikir, yang diperoleh melalui fakta-fakta dan dapat digunakan untuk
memecahkan masalah. Sedangkan Syaiful Sagala (2006: 71), mengatakan bahwa
konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan
dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan melalui prinsip, hukum,
dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui
generalisasi dan berfikir abstrak. Kegunaan konsep adalah untuk menjelaskan dan
meramalkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsep memiliki arti yaitu
gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan hasil pemikiran manusia
yang diperoleh melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam
definisi, teori-teori dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam
pelajaran IPA, konsep
merupakan buah pemikiran manusia berupa teori-teori yang diperoleh melalui
suatu proses sistematis dari suatu fakta dan dapat digunakan dalam pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Penguasaan Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
penguasaan berarti pengetahuan atau kepandaian. Berdasarkan pengertian konsep
yang telah dibahas sebelumnya, maka yang dimaksud penguasaan konsep adalah
pengetahuan mengenai hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta
dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori dan dapat digunakan
untuk memecahkan masalah. Sehingga penguasaan konsep IPA dapat didefinisikan
sebagai pengetahuan mengenai konsep-konsep yang telah dikemukakan, serta dapat
menerapkannya untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
C.
Pembelajaran Peta Konsep
1. Pengertian Peta Konsep
Novak and Gowin
(1985) menyatakan bahwa peta konsep adalah alat atau cara yang
dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa.
Gagasan Novak ini didasarkan pada teori belajar Ausabel. Ausabel sangat
menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa
supaya belajar bermakna dapat berlangsung.
Dalam belajar
bermakna pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep relevan
yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak) siswa. Bila dalam struktur
kognitif tidak terdapat konsep-konsep relevan, pengetahuan baru yang
telah dipelajari hanyalah hapalan semata.
Belajar bermakna
membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan
pengetahuan baru dengan konsep-konsep yang relevan yang telah mereka miliki.
Untuk memperlancar proses tersebut, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “
tempat awal konseptual “. Dengan kata lain guru harus mengetahui
konsep-konsep apa yang dimiliki oleh siswa waktu pelajaran baru dimulai,
sedangkan para siswa diharapkan mampu menunjukkan dimana mereka berada, atau
konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi pelajaran baru
tersebut. Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat melaksanakan apa yang
telah dikemukakan diatas, dengan demikian pada siswa diharapkan akan terjadi
belajar bermakna ( Willis Dahar, 1988:156-157 ). Menurut Ausubel dalam Willis
Dahar (1988:161) ada dua dimensi belajar yaitu dimensi belajar
penerimaan/penemuan dan dimensi belajar bermakna/ hapalan. Berlangsung atau
tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur-struktur kognitif yang ada,
serta kesiapan dan niat anak didik untuk belajar bermakna, dan kebermaknaan materi
pelajaran secara potensial.
Peta konsep sebagai
instrumen dapat digunakan untuk analisis konsep ,mengenai peta konsep itu
sendiri berdasarkan definisinya sebagai berikut : Menurut Hudojo, et al (2002)
peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang
direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan
konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut
Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik
untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian
pernyataan. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting,
melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan
konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial
progresif dan prinsip penyesuaian integratif.
Dahar (1989)
mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
1)
Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk
memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada
bidang studi.
2)
Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan
konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi.
3)
Bila dua konsep
atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hirarki
pada peta konsep itu.
Martin (dalam Basuki,
2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan
petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan
hubungan antara ide-ide yang penting
dengan rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Arends
(dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu
cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.
Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi
dengan lebih lama lagi.
Pembelajaran dengan
menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat diantaranya menurut Ausubel
(dalam Hudojo, et al 2002) menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan
dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan/informasi “baru”
dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga
menjadi lebih mudah terserap siswa. Sedangkan menurut Williams (dalam Basuki,
2000) menuliskan bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengetahui pemahaman konseptual seseorang.
Dengan mengacu pada
peta konsep maka guru dapat membuat suatu program pengajaran yang lebih terarah
dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat
meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan daya
serap siswa berdasarkan menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat
membuat siswa akan lebih kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.
Peta konsep selain
digunakan dalam proses belajar mengajar, dapat diterapkan untuk berbagai
tujuan yaitu :
1) Menyelidiki
apa yang telah diketahui siswa
2) Mempelajari
cara belajar
3) Mengungkap
miskonsepsi, dan
4) Sebagai
alat evaluasi.
Peta konsep digunakan
untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih
konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic.
Dalam bentuk yang paling sederhana, peta konsep dapat berupa dua konsep
yang dihubungkan oleh kata penghubung untuk membentuk proposisi. Sebagai
contoh : ” langit itu biru” mewakili peta konsep sederhana yangmembentuk
proposisi yang sahih tentang konsep ”langit” dan ”biru”. Dengan demikian siswa
dapat mengorganisasi konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan
arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan satu konsep (informasi)
dengan konsep lain disebut proposisi. Peta konsep
menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab yang bersangkutan. Konsep
yang dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin
secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk
proposisi. Satu proposisimengandung dua konsep dan kata menghubung. Konsep yang
satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan
kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep
yang lain. Keseluruhan konsep-konsep tersebut disusun menjadi sebuah tingkatan
dari konsep yang paling umum, kurang umum dan akhirnya sampai pada konsep
yang paling khusus. Tingkatan dari konsep-konsep ini disebut dengan hierarki.
Pada peta konsep,
konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas. Konsep yang kurang
inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus
ditempatkan di bawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung.
Konsep yang inklusif dapatdihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang
inklusif. Konsep yang paling inklusif diletakkan pada pohon konsep. Konsep
ini disebut kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan
dengan konsep pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan inidisebut
dengan kaitan silang.
Menurut Novak dan
Gowin (1985) kriteria penilaian peta konsep adalah :
1) Proposisi,
adalah dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung.
Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat.
Untuk setiap proposisi yang sahih diberi skor 1
2) Hierarki, adalah
tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang paling khusus.
Urutan penempatan konsep yang lebih umum dituliskan di atas dan konsep
yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika
urutan penenmpatankonsepnya benar. Untuk setiap hierarki yang sahih diberi skor
5.
3) Kaitan
silang, adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada satu
hierarki dengan konsep lain pada hierarki yang lainnya. Kaitan silang
dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam
menghubungkan kedua konsep pada hierarki yang berbeda. Sementara itu,
kaitan silang dikatakan kurang sahih jika tidakmenggunakan kata penghubung yang
tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga antara kedua konsep
tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih
diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih
diberi skor 2
4) Contoh, adalah
kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut
konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di
dalam kotak karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contoh yang sahih
diberi skor 1.
2. Ciri-ciri Peta Konsep
Berdasarkan uraian di
atas, berikut ini dikemukakan ciri-ciri peta konsep :
1)
Peta konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi dari suatu bidang studi. Jadi dengan
membuat peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan
mempelajarinya lebih bermakna.
2)
Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi
dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang
memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar konsep-konsep.
3)
Cara menyatakan hubungan antar konsep-konsep. Tidak
semua mempunyai bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep yang
lebih umum dari pada konsep-konsep yang lain.
4)
Hirarki, Bila dua atau lebih konsep yang digambarkan
di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah hirarki pada petakonsep
itu.
3.
Macam-macam peta Konsep
Peta konsep dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu :
a.
Pohon jaringan (network tree)
Karakteristik dalam peta konsep pohon jaringan
adalah ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain
dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep
menunjukkan hubungan antar ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis
memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon
jaringan, tulislah topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan
dengan konsep itu. Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau
konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep
yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis
itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal berikut:
menunjukkan sebab akibat, suatu hierarki, prosedur yang bercabang dan
istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan.
b.
Rantai kejadian (events chain)
Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk
memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau
tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rangkaian kejadian, hal pertama
yang harus dilakukan adalah menemukan satu kejadian yang mengawali rantai itu.
Kejadian ini disebut kejadian awal. Kemudian akan berlanjut ke kejadian
selanjutnya sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian ini cocok digunakan
untuk menvisualisasikan: tahap-tahap dari suatu proses, langkah-langkah dalam suatu
prosedur linier, dan suatu urutan kejadian
c.
Peta konsep siklus (cycle concept map)
Rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil
akhir merupakan ciri dari peta konsep siklus. Kejadian terakhir pada rantai itu
menghubungkan kembali kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian
terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan
sendirinya.
Contoh:
d.
Peta konsep laba-laba (spider concept map)
Strategi pembelajaran
peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk tukar pendapat. Melakukan tukar
pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh
sejumlah besar ide yang campur aduk. Peta konsep laba-laba ini cocok digunakan
untuk menvisualisasikan konsep yang tidak menurut hierarki, kategori yang tidak
pararel, dan hasil dari tukar pendapat.
4. Langkah-langkah Pengembangan Peta Konsep oleh Guru
1)
Menuliskan di atas kertas seluruh konsep atau nama
topik yang berkaitan dengan bidang umum yang akan diajarkan.
2)
Memperhatikan adanya fakta-fakta (contoh-contoh)
khusus yang penting untuk dipelajari siswa.
3)
Memilih konsep yang paling umum dan tempatkan di
bagian atas kertas.
4)
Menambahkan berikutnya konsep yang lebih khusus di
bawah konsep umum tadi. Hubungkan keduanya dengan garis penghubung yang diberi
label penghubung.
5)
Setelah penulisan konsep yang lebih khusus di baris
kedua, melanjutkan penulisan konsep lain yang lebih khusus di baris ketiga, dan
seterusnya.
6)
Melengkapi dengan garis penghubung antar konsep
sehingga seluruh hirarki menyerupai piramida. Jangan lupa menuliskan label
penghubung pada garis tersebut untuk menunjukkan keteraturan antar konsep.
7)
Setelah seluruh peta konsep terbentuk, menandai konsep
khusus yang terutama menarik bagi siswa atau tingkat kesulitannya tepat bagi
siswa.
Ernest (dalam Basuki,
2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep bisa dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1)
Tentukan dahulu topiknya,
2)
Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep
tersebut,
3)
Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4)
Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata
supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5)
Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah
dibuat.
Pendapat lain untu
membuat peta konsep cukup dengan 5 langkah dengan penjelasan sebagai berikut :
1)
Lakukan Brainstorming selama 10-15 menit per sesi.
Ketika Central disebutkan maka konsep apa saja yang terlintas di benak
dituliskan terlebih dahulu. Jangan lakukan penilaian apakah relevan atau mau
diletakkan di mana.
2)
Kategorisasikan/ kelompokkan sekumpulan ide itu
kemudian tentukan hirarki konsep mana yang menjadi dahan (umum), mana yang jadi
ranting dan mana yang jadi daun (detil).
3)
Mulai layout / gambarkan konsep-konsep tersebut.
4)
Tarik garis antar konsep tersebut.
5)
Pergunakan warna, Ikon dan Asosiasi untuk menambah
cantiknya Peta Konsep yang dihasilkan.
Penggunaan warna,
ritme (dari gambar ketebalan dahan, ranting ke daun), layout (spasial), ikon
dan asosiasi (menghubungkan Ikon dan Analogi) untuk menghubungkan satu konsep
dengan konsep yang sudah melekat di otak, membantu otak mengingat lebih baik,
karena melihat lebih banyak panca indra, juga otak melakukan proses Asimilasi
pengetahuan baru terhadap pengetahuan yang sudah mengendap sebelumnya.
Setelah peta konsep
itu jadi, maka kemampuan otak kanan secara visual dan holistik serta Gestalt
yang memicu “Kayaknya ada yang kurang dan saya bisa tambahkan lebih lanjut”
akan meneruskan pengembangan peta tersebut. Kemampuan alami otak kanan yang
Random akan tersalurkan ketika ada sebuah konsep baru muncul, maka otak kiri
mulai bekerja menganalisa sebaiknya diletakkan di mana.
Ketika melihat peta
secara keseluruhan dari jauh maka otak kanan bekerja (seperti seseorang
menilai/ mengagumi lukisan) dan ketika tertarik pada suatu lokasi maka otak
kiri mulai bekerja secara logis dan analitik.
Sinergis antara dua
belahan otak kanan dan kiri inilah yang membuat mengapa Peta Konsep itu
sedemikian powerfulnya. Harus sering menggunakan baru bisa
merasakan manfaatnya. Karena sepintas peta konsep yang digambar secara manual
berantakan tidak beraturan.
5. Cara Mengajar Siswa Menyusun Peta Konsep.
Membelajarkan siswa
menyusun peta konsep harus secara bertahap. Pertama kali meminta siswa menyusun
peta konsep perlu dipilih konsep-konsep yang sudah dikenal. Mula-mula guru
dapat mengajar siswa memahami peta konsep sebagai modifikasi dari suatu
kerangka isi bahan pembelajaran dengan istilah-istilah yang saling dihubungkan
dalam hirarki secara vertikal. Cara mengenalkan peta konsep kepada siswa
adalah dengan memodelkan cara penyusunannya dengan memfokuskan pada
konsep-konsep yang jumlahnya terbatas atau lebih sederhana. Agar siswa lebih
memahami peta konsep, dapat diajak untuk menyusun yang lebih luas atau lebih
kompleks. Selanjutnya dapat ditugasi oleh guru untuk menyusun peta konsep di
rumah secara berkelompok, kemudian guru meminta salah seorang wakil dari
tiap-tiap kelompok untuk menampilkan peta konsepnya di papan tulis untuk
dikritik secara bersama-sama untuk menghindari miskonsepsi.
6. Manfaat Peta Konsep
1)
Manfaat peta konsep bagi guru.
a)
Membantu guru memahami macam-macam konsep yang
terdapat dalam topik yang akan diajarkan dan memperoleh wawasan baru.
b)
Membantu dalam menghindari miskonsepsi oleh siswa.
c)
Dengan mengidentifikasi konsep-konsep sebelum membuat
peta konsep, guru dapat menemukan topik-topik sains secara jelas, sehingga
dapat membantu untuk menentukan topik-topik yang perlu dipelajari.
d)
Membantu untuk melihat keterkaitan logis antar
konsep-konsep khusus.
e)
Membantu untuk mengorganisasi urutan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
f)
Membantu untuk penilaian siswa.
g)
Membantu untuk menggali pemahaman siswa sebelum
dilakukan pembelajaran.
h)
Sebagai alat untuk menggalakkan pembelajaran
kooperatif.
2)
Manfaat peta konsep bagi siswa
a)
Membantu dalam mempelajari konsep-konsep pokok dan
proposisi, serta membantu dalam menghubungkan atau mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan yang sedang dipelajarinya.
b)
Membantu mempelajari cara belajar menyusun peta
konsep.
c)
Membantu untuk memperoleh wawasan baru.
d)
Membantu siswa menghindari miskonsepsi.
e)
Membantu untuk mempelajari sains secara bermakna.
f)
Secara tidak langsung mengajak siswa belajar
kooperatif.
3)
Bagi pengembang dan perencana kurikulum, peta konsep
dapat digunakan untuk memilah-milah konsep-konsep yang penting dan
konsep-konsep yang tidak penting.
4)
Bagi lingkungan, peta konsep membantu siswa memahami
peranannya sebagai pelajar, juga menjelaskan peranan guru serta menciptakan
iklim belajar yang saling menghargai antara guru dan siswa. Peta konsep dapat
juga membantu guru dan siswa dalam bekerja sama untuk mengatasi
informasi-informasi yang keliru atau tidak bermakna.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Konsep hasil pemikiran manusia yang diperoleh
melalui fakta-fakta dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori
dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
2.
Penguasaan konsep adalah
pengetahuan mengenai hasil pemikiran manusia yang diperoleh melalui fakta-fakta
dan peristiwa yang dinyatakan dalam definisi, teori-teori dan dapat digunakan
untuk memecahkan masalah.
3.
peta konsep adalah alat atau cara yang
dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa.
4.
Peta konsep dapat
dibedakan menjadi empat macam, yakni peta konsep pohon jaringan, peta konsep
rantai kejadian, peta konsep siklus,peta konsep laba-laba.
5.
Langkah-langkah menyusun
peta konsep sebagai berikut: 1) Menuliskan
di atas kertas seluruh konsep atau nama topik yang berkaitan dengan bidang umum
yang akan diajarkan. 2) Memperhatikan adanya fakta-fakta (contoh-contoh) khusus
yang penting untuk dipelajari siswa. 3)Memilih konsep yang paling umum dan
tempatkan di bagian atas kertas. 4) Menambahkan berikutnya konsep yang lebih
khusus di bawah konsep umum tadi. 5) Setelah penulisan konsep yang lebih khusus
di baris kedua, melanjutkan penulisan konsep lain yang lebih khusus di baris
ketiga, dan seterusnya. 5) Melengkapi dengan garis penghubung antar konsep
sehingga seluruh hirarki menyerupai piramida. Jangan lupa menuliskan label
penghubung pada garis tersebut untuk menunjukkan keteraturan antar konsep. 6) Setelah
seluruh peta konsep terbentuk, menandai konsep khusus yang terutama menarik
bagi siswa atau tingkat kesulitannya tepat bagi siswa.
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta:
Erlangga
Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana. (2005). Metode dan Teknik Pembelajaran
Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
2 comments for "TEORI BELAJAR AUSUBEL"