PSIKOLOGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN IPA
PSIKOLOGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN IPA
Salah
satu cara penelitian tengtang psikologi kognitif dapat melalui “Computer Simulations and Artificial Intelligence” .
Tujuan utama
dari kecerdasan buatan, yaitu mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir
manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan manusia tersebut.
Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat
melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa
macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dan robotika. Banyak hal
yang kelihatannya sulit untuk kecerdasan manusia, tetapi untuk Informatika relatif
tidak bermasalah. Seperti contoh: mentransformasikan persamaan, menyelesaikan
persamaan integral, membuat permainan catur. pada program kecerdasan buatan
untuk mendapatkan solusi yang memuaskan dilakukan pendekatan trial and error,
mirip seperti apa yang dilakukan oleh manusia.
hubungan antara psikologi kognitif
dengan teori belajar
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu
sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Ausubel
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui
proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan
lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam
psikologi kognitif ingatan tersimpan di dalam memory jangka panjang, untuk
memudahkan pemanggilan kembali informasi yang tersimpan tersebut melalui
mekanisme episodik dan semantik. Seseorang akan lebih mudah memanggil informasi
melalui mekanisme episodik (peristiwa) terlebih dahulu kemudian informasi
tentang (semantik) fakta akan mengikutinya. Jadi ingatan akan mudah recall kembali apabila
informasi yang tersimpang di ingatan kita merupakan peristiwa yang berkesan
atau bermakna.
Sumber: id.quora.com |
Penggunaan otak kanan dan kiri
secara seimbang akan menghasilkan kinerja yang optimal.
Kondisi optimal penggunaan
otak kiri dan otak kanan secara bersamaan dapat terjadi karena Otak kiri berkaitan dengan fungsi
akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara, kemampuan mengolah tata
bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka,
analisis, dan lain-lain. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal
yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik,
imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi,
pengembangan kepribadian. Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai
pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang
peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Ouotient) seseorang.
Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak
yang kiri, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting, karena itu keduanya
harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-masing belahan berjalan
seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah satu belahan
maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan fungsinya.
Sebagian orang dapat belajar tanpa
banyak lupa, tetapi sebagian lagi ada yang dalam belajar mengalami banyak lupa. Apa yang sebenarnya terjadi menurut
psikologi kognitif.
Soerang bisa mengalami lupa karena diakibatkan oleh kegagalan pada
saat memproses, memanggil kembali, dan menampilkan informasi dalam otak. Hal
tersebut bisa terjadi karena kurangnya atau tidak adanya perhatian terhadap
informasi yang diterima maka tidak akan dapat disandikan di memori sensorik, atau
saat penerimaan informasi ada perhatian dan dapat disandikan di memori sensorik
akan tetapi tidak bisa fokus dalam menyandikan di memory jangka pendek sehingga
otak tidak dapat memanggil lagi informasi yang diterima dan menampilkannya
kembali.
Apabila seseorang tidak mampu
mengendalikan cara berpikirnya maka seseorang tersebut tidak nyambung bila berkomunikasi dengan
orang lain, dan sering orang tersebut dikatakan gila. Apa yang sebenarnya terjadi dalam diri orang
gila tersebut. Mungkinkah kondisi tersebut dapat diperbaiki.
Kondisi seseorang yang tidak nyambung bila diajak bicara atau bisa
disebut gila banyak penyebabnya, misalkan penyebabnya karena depresi masih bisa
disembuhkan dengan terapi dan berbagai obat-obatan. Namun apabila yang terjadi
adalah kerusakan otak sehingga kemampuan berpikirnya terganggu, maka hal
tersebut tidak dapat disembuhkan.
Ada sekelompok orang yang melihat
kejadian yang sama, tetapi masing-masing orang membuat persepsi yang berbeda.
Seseorang melihat kejadian yang sama tapi mempunyai persepsi yang
berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berkaitan dengan antara lain kemampuan alat indra seseorang untuk
menangkap informasi yang ada, perhatian dan minat individu tersebut terhadap
informasi, dan pengalaman seseorang yang berkaitan tentang informasi yang
didapatkannya. Selain faktor internal, faktor internal juga mempengaruhi
persepsi, antara lain ukuran, warna, intensitas, keunikan dan motion/gerakan
kejadian atau informasi yang didapat.
Kondisi yang sinkron secara visual, auditori, dan kinestetik akan
menghasilkan persepsi yang kuat tentang sesuatu.
Proses
persepsi, terdapat tiga komponan utama yaitu seleksi, interpretasi dan
pembulatan informasi. Proses persepsi pada tahap seleksi merupakan proses
penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya
dapat banyak atau sedikit. Sehingga ketika semua indra baik auditori, visual
maupun kinestetik digunakan secara maksimal, maka akan menghasilkan persepsi
yang kuat terhadap sesuatu
implementasikan dalam pembelajaran
IPA dan contoh yang relevan
Pembelajaran IPA sangat menekankan untuk menggunakan model pembelajaran
yang menuntut agar siswa aktif dalam mengetahui sebuah konsep. Salah satu model
yang bisa digunakan adalah model pembelajaran discovery learning. Penerapan
model pembelajaran discovery learning tentunya siswa tidak hanya melihat dan
mendengarkan saja. Namun, siswa juga melakukan sebuah percobaan layaknya ilmuan
sehingga semua alat indra baik visual, auditory dan kinestetik agar bekerja
untuk mendapatkan sebuah informasi yang ada dan tentunya akan menghasilkan
sebuah persepsi yang kuat terhadap sesuatu.
Ada seseorang dapat memfokuskan
perhatiannya kepada sesuatu dan bertahan relatif lama, sementara ada juga orang yang tidak
dapat memfokuskan perhatiannya.
Seseorang dapat menfokuskan perhatiannya lebih lama dari pada orang
lainnya meskipun obyek yang didapatkan sama. Hal ini bisa disebabbkan karena
faktor segi subyek, yaitu hal-hal yang menarik perhatian adalah hal-hal yang sangat
bersangkut paut dengan pribadi subyek. Misalkan pembicaraan tentang hal-hal
yang bersangkut paut dengan pengalaman si penerima informasi.
Apa yang terjadi jika seseorang
mengalami Dejavu? Apa yang dapat dilakukan agar seseorang tidak mengalami dejavu
Seseorang
jika mengalami Dejavu akan mengalami suatu keadaan di mana merasa familiar
dengan kondisi sekitarnya, seolah-olah dia sudah pernah mengalami hal tersebut
dengan keadaan yang persis sama, padahal apa yang sedang dia alami sekarang
mungkin adalah pengalaman pertamanya. Meski hingga kini
penyebab secara pasti mengenai terjadinya dejavu dan cara mengetasi
agar tidak terjadi dejavu belum ditemukan, kita tidak perlu khawatir jika
mengalaminya karena hingga saat ini tidak ditemukan bukti yang kuat adanya
gangguan serius terkait kesehatan dan kejiwaan seseorang yang mengalami dejavu.
Peristiwa yang mengesan, baik
menyenangkan atau menyedihkan, dapat tersimpan di longterm memori dengan baik dan dapat
dipanggil kapanpun. Sementara peristiwa yang biasa saja mudah terlupakan.
Upaya
memanggil kembali ingatan dari Ingatan jangka panjang dibedakan menjadi dua
yaitu ingatan episodik dan ingatan semantik. Ingatan episodik adalah ingatan
tentang peristiwa-peristiwa, sedangkan ingatan semantik adalah ingatan atau
pengetahuan kita tentang fakta-fakta.
Ingatan episodik sangat erat hubungannya dengan ingatan semantik. Seseorang
akan mudah meingingat sebuah peristiwa (ingatan episodik) terutama peristiwa
yang berkesan yang kemudian ingatan semantik akan mengikutinya.
Bagaimana proses terjadinya lupa?
Mengapa semakin lama peristiwa berlalu peluang terjadi lupa lebih besar? Bagaimana mengatasi
lupa ditinjau dari psikologi kognitif?
Proses lupa dapat terjadi karena adanya informasi baru yang
menhalangi seseorang untuk mengingat informasi lama atau bisa juga informasi
lama menghalangi seseorang untuk mengingat informasi baru. Selain karena
terhalangnya informasi, proses lupa juga dapat terjadi karena semakin lama
peristiwa berlalu maka informasi yang pernah disimpan di dalam ingatan tidak
pernah atau jarang digunakan, sehingga mengalami kerusakan (hilang dengan
sendirinya). Cara mengatasi lupa dapat berupa recognition dan retrival. Kiat
untuk memperkuat retrieval yang dirancang sejak memorisasi, yakni dengan
mengatur materi informasi dengan cue tertentu, misal Nemonek akronim :
materi-materi lepas diambil huruf pertama atau bagian kata yang menonjol untuk
digabung-gabung menjadi kata atau kalimat sebagai cue.
Post a Comment for "PSIKOLOGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN IPA"