Discovery Learning
Discovery
Learning
Discovery
Learning adalah
metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya
tanpa pemberitahuan langsung; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri (Supriyanto, 2008). Menurut Mayer (2004), guided discovery learning merupakan
salah satu model pembelajaran yang bertujuan melatih siswa untuk menemukan
konsep secara mandiri. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan
menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan dan memecahkan persoalan untuk menemukan
suatu konsep. Di dalam guided discovery learning, guru menyajikan
contohcontoh, memandu untuk menemukan pola-pola dalam contoh-contoh tersebut,
dan memberikan kesimpulan ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang
telah di ajarkan oleh guru (Jacobson, dkk. 2009).
Pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam
menemukan konsep sendiri diantaranya adalah metode discovery (Kemendikbud,2013).
Pembelajaran discovery (discovery learning) merupakan suatu model
pembelajaran yang dikembangkan oleh J. Bruner berdasarkan pada pandangan
kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis (Depdiknas,
2005). Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan
melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsipprinsip
untuk diri mereka sendiri (Slavin, 1994).
Discovery learning mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri, sebagaimana
diungkapkan oleh Ilahi (2012: 30). Pada dasarnya discovery learning tidak
jauh berbeda dengan pembelajaran inquiry, namun pada discovery
learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru, sehingga siswa tidak harus mengerahkan seluruh pikiran
dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu
melalui proses penelitian (Kemendikbud, 2013). Berdasarkan fakta dan hasil
pengamatan, penerapan pembelajaran penemuan memiliki kelebihan kelebihan
membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan proses kognitif (Ilahi, 2012). Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
tergantung bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer (Melani, 2012). Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena
membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja terus sampai
menemukan jawaban. Penerapan model discovery learning dalam IPA diduga
dapat memberikan konstribusi terhadap masalah-masalah pembelajaran IPA yang
dialami siswa, khususnya dalam peningkatan pemahaman konsep-konsep maupun
pengembangan sikap ilmiah (Depdiknas, 2005: 8).
Sumber: modelpembelajaranblog.wordpress.com |
Menurut (Widiadnyana, 2014) tahapan discovery learning yaitu
Tahapan pertama, yaitu stimulation, dengan memberikan
pertanyaanpertanyaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, yang merangsang
siswa untuk berpikir serta dapat mendorong eksplorasi. Timbulnya sikap
keingintahuan untuk menyelidiki sendiri dan tuntutan eksplorasi, maka akan
mengarahkan pemikiran siswa untuk memahami terutama tentang permasalahan yang
menjadi topik pembelajaran. Tahapan kedua, problem statement, siswa
diberikan tanggung jawab untuk merumuskan hipotesis atas pertanyaanpertanyaan
yang telah diidentifikasi. Saat merumuskan hipotesis akan timbul sikap kritis
siswa terhadap teori-teori yang dijadikan dasar dalam menjawab permasalahan.
Dari sikap ini akan memunculkan penalaran yang empiris untuk memahami informasi
yang diperoleh. Tahapan ketiga, data collection, siswa diberikan
kesempatan untuk melakukan eksperimen. Rasa ingin tahu siswa berkembang ketika
siswa melakukan eksperimen. Rasa ingin tahu siswa juga muncul karena motivasi
siswa untuk menemukan jawaban.
Kelebihan dari penerapan model pembelajaran guided
discovery learning dalam
penelitian ini antara lain: (1) keterlibatan siswa dalam pembelajaran maksimal, siswa dibimbing untuk menemukan konsep secara mandiri, (2) adanya kerja sama dan dinamika tim dalam memecahkan permasalahan, (3) menjadikan siswa aktif dalam berpikir kritis dan meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, (4) siswa memiliki keterampilan dan ketangkasan dalam menyelesaikan soal, (5) siswa dilatih untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam dunia nyata.
penelitian ini antara lain: (1) keterlibatan siswa dalam pembelajaran maksimal, siswa dibimbing untuk menemukan konsep secara mandiri, (2) adanya kerja sama dan dinamika tim dalam memecahkan permasalahan, (3) menjadikan siswa aktif dalam berpikir kritis dan meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, (4) siswa memiliki keterampilan dan ketangkasan dalam menyelesaikan soal, (5) siswa dilatih untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam dunia nyata.
DAFTAR
PUSTAKA
Supriyanto,
Bambang. 2014. Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling Dan Luas
Lingkaran Di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Pancaran
Pendidikan. Universitas Jember. Vol. 3, No. 2, Hal 165-174
Mayer,
R.E. 2004. Should three be a three-strikes rule againts pure. the american
psychological association. American Psychologist Journal. 59(1): 14-19
Jacobson,
D.A., Eggen, P. & Kauchak, D. 2009. Methods for teaching. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ilahi, T M.
2012. Pembela-jaran Discovery Strategy & MentalVocational Skill.
Jogjakarta: DIVA Press
Melani, R.
2012. Pengaruh Metode Guided Discovery Learning Terhadap Sikap
Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi FKIP UNS
Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi FKIP UNS
Kemendikbud.
2013. Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Slavin, E.
1994. Educational Psychology:bTheory and Practice.bMassachusesttes:
Allyn and Bacon Publishers.
Post a Comment for "Discovery Learning"