Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi / High Order Thinking Skill – (HOTS)
A.
PENDAHULUAN
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis
pencapaian nilai Programme for International Student Assessment (PISA).
Release ini dilakukan bersama dengan 72 negara peserta survei PISA. Hasil
survei tahun 2015 menempatkan Indonesia pada posisi ke empat dalam hal kenaikan
pencapaian murid dibanding hasil survei sebelumnya pada tahun 2012, dari
72 negara yang mengikuti tes PISA. Hal yang terpenting dari survei benchmarking
internasional seperti PISA ini adalah bagaimana melakukan tindak lanjut
berdasar diagnosa yang dihasilkan dari survei tersebut. Peningkatan capaian
yang terjadi harus terus ditingkatkan dengan meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Bila laju peningkatan tahun 2012-2015 dapat dipertahankan, maka pada
tahun 2030 capaian kita akan sama dengan capaian rerata negara-negara Organisation
for Economic Cooperation and Development (OECD).
Trends in International Mathematics and Science Study atau TIMSS merupakan studi yang diinisiasi oleh the
International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA).
IEA adalah organisasi internasional independen yang bekerja sama dengan
institusi penelitian nasional dan agensi pemerintahan yang telah menyelenggarakan
studi pencapaian antar negara sejak tahun 1959. TIMSS dilakukan dalam rangka
membandingkan prestasi Matematika dan IPA siswa kelas 8 dan kelas 4 di beberapa
negara di dunia. TIMSS diselenggarakan secara rutin setiap 4 tahun sekali dan
memungkinkan setiap negara melakukan pemantauan tren antar siklus survei. Hasil
TIMSS 2015 pencapaian Indonesia pada mata pelajaran IPA untuk kelas IV SD masuk
peringkat 4 dari bawah.
Berdasarkan data prosentase rata-rata jawaban benar untuk konten
sains dan domain kognitif prosentase jawaban benar pada soal pemahaman selalu lebih tinggi dibandingkan dengan prosentase
jawaban benar pada soal penerapan dan penalaran. Aspek
pemahaman, penerapan, dan penalaran dalam ranah kemampuan kognitif seperti yang diterapkan pada TIMSS
dapat digunakan untuk menunjukkan profil kemampuan
berpikir siswa. Dari ketiga aspek tersebut, aspek pemahaman
dan penerapan termasuk dalam kemampuan berpikir dasar.
Sedangkan aspek penalaran termasuk dalam kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hasil TIMSS maka dapat
dikatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
Indonesia masih rendah. Hal ini dapat terjadi karena dalam
proses pembelajaran siswa kurang dirangsang untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang keterampilan berpikir tingkat
tinggi (HOTS).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan berpikir tingkat
tinggi?
2.
Bagaimana penerapan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Kemampuan
berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan
pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan
sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau
kemungkinan jawaban dalam situasi baru (disarikan dari Heong, dkk, 2011).
Menurut (Emi, 2013) kemampuan berpikir tingkat
tinggi (High Order Thinking Skill – HOTS ) merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru.
Secara umum, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, serta memecahkan masalah. Johnson (dalam Emi, 2013) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti,asumsi,
logika, dan bahasa yang mendasari pemikiran orang lain.
Kemampuan berpikir kreatif yang disarikan dari Thomas, Thorne and Small dari Center for Development and Learning (2000) menyatakan bahwa berpikir kreatif meliputi mengkreasikan, menemukan, berimajinasi, menduga, mendesain, mengajukan alternatif, menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Membentuk ide yang kreatif berarti muncul dengan sesuatu yang tidak biasa, baru, atau memunculkan solusi atas suatu masalah. Kemampuan seseorang untuk berpikir kreatif dapat ditunjukkan melalui beberapa indikator, misalnya mampu mengusulkan ide baru, mengajukan pertanyaan, berani bereksperimen dan merencanakan strategi.
2.
Penerapan keterampilan
berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran
Menurut (Ririn, 2013) bahwa penggunaan
pembelajaran problem solving berorientasi HOTS (Higher Order Thinking
Skills) berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Hal tersebut sesuai
menurut (Sri, 2013) bahwa penerapan Higher Order Thinking berdasarkan
ProblemBased Instruction dapat meningkatkan aktivitas siswa, dan karakter
siswa yang akhirnya juga meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan HOT-PBI
mampu meningkatkan interaksi siswa-siswa, dan guru siswa. Siswa lebih berani
untuk bertanya pada guru, mengusulkan ide dan terbentuknya keberanian menghadapi
soal sulit dapat dijadikan modal menghadapi soal ujian nasional dan atau tes olimpiade.
HOT ini akan lebih bagus jika dikaitkan dengan Problem Solving Instruction atau
Problem-Based Instruction (PBI) karena muara dari pola berpikir tingkat
tinggi adalah mampu menyelesaikan masalah. Dengan pendekatan HOT siswa dapat
diajak untuk aktif berpikir sehingga mereka juga aktif belajar, khususnya dalam
pemecahan masalah. Menurut (Desy, 2015) melalui pendekatan saintifik dalam
pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir dikatagorikan pada kemampuan
berpikir dasar dan kompleks (Costa, 1985). Kemampuan berpikir dasar mencakup
proses dasar (basic processes) yang merupakan gambaran dari proses
berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana
menuju yang kompleks. Model kemampuan berpikir dasar meliputi causation,
transformasion, relationships, classifcation, qualifcations. Kemampuan
berpikir kompleks merupakan kemampuan berpikir yang didasarkan pada proses
berpikir dasar. Costa (1985) menyebutkan sedikitnya ada empat proses berpikir
kompleks yang terjadi pada seseorang, yaitu pemecahan masalah (problem
solving), membuat keputusan (decision making), berpikir kritis (critical
thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking).
Higher
order thinking skill memiliki empat
indikator, meliputi :
1. Problem solving
1. Problem solving
Problem
solving adalah suatu proses untuk menemukan masalah dan memecahkan masalah
berdasarkan data dan informasi yang akurat dan nyata, sehingga dapat diambil
kesimpulan. Aspek kemampuan pemecahan masalah terdiri dari
11 indikator yaitu siswa mampu mengidentifikasi
masalah, menyatakan hubungan sebab-akibat, mampu
menerapkan konsep yang sesuai dengan masalah, memiliki
rasa ingin tahu, mampu membuat chart atau gambar untuk
menyelesaikan sebuah masalah, menjelaskan beberapa
kemungkinan sebagai solusi,
berpikiran terbuka, membuat keputusan, mampu bekerja secara
teliti, berani berspekulasi serta mampu merefleksi
keefektifan proses pemecahan masalah.
keefektifan proses pemecahan masalah.
2.Keterampilan
pengambilan keputusan
Keterampilan
seseorang menggunakan proses berpikirnya untuk memilih sesuatu keputusan yang terbaik
dari berbagai permasalahan melalui pengumpulan informasi dan menganalisisnya
untuk mencari solusinya, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan
alasan yang rasional.
3. Keterampilan berpikir kritis
Berpikir
kritis adalah usaha seseorang untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan
yang harus dilakukan sebagaimana mestinya dengan reflektif pada suatu masalah. Aspek
kemampuan berpikir kritis terdiri dari 6 indikator yaitu siswa
mampu mengajukan pertanyaan, merevisi konsep yang salah,
merencanakan strategi, mengevaluasi keputusan, mengkritik
suatu pernyataan, dan mampu mengevaluasi keputusan.
Item tes yang disusun dari indikator pada aspek ini sebagian
besar memiliki pokok soal berupa pernyataan- pernyataan berisi masalah untuk memberi stimulus
pada siswaagar kritis dalam menyelesaikan soal tersebut.
4.Keterampilan
berpikir kreatif.
Pemikiran
yang menghasilkan banyak ide sehingga menghasilkan sesuatu dengan inovasi yang
baru untuk memecahkan masalah yang tergantung pada kepribadian masing-masing. Aspek
kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 12 indikator yaitu
siswa mampu memformulasikan persamaan, membangun keterkaitan
antarkonsep, mengusulkan ide baru, menyusun hubungan
konsep-konsep dalam bentuk skema, menggambarkan
ide, berani bereksperimen, mengorganisasikonsep, menghasilkan sesuatu yang
baru, mendesain percobaan, memodifikasi konsep dengan hal-hal
yang baru, mampu menggabungkan konsep yang koheren, dan
mampu mengubah persamaan. Item tes yang menguji
kemampuan berpikir kreatif banyak menguji siswa untuk
menyelesaikan soal berupa gambar dan menyajikan masalah yang
dapat memunculkan kreativitas siswa.
Tabel Pembelajaran Scientific
Approach Dengan Soal Higher Order
Thinking
Skill
Indikator
HOTS
|
Aktivitas
Belajar Siswa
|
Problem Solving
|
·
Melakukan
pengamatan atau penyelidikan saat guru memotivasi siswa.
·
Merumuskan
masalah dari suatu permasalahan
yang muncul dari hasil pengamatan.
· Mendengarkan dengan aktif (menunjukkan respon, misal
tersenyum atau tertawa saat mendengar hal-hal lucu yang disampaikan, terkagum-kagum
bila mendengar sesuatu yangmenakjubkan, dsb)
|
Keterampilan Berpikir Kreatif
|
·
Mempersiapkan kelompok sebelum
melaksanakan kegiatan praktikum
·
Melaksanakan kegiatan praktikum secara tertib
·
Berpikir kreatif (misalnya dalam
kegiatan mengamati, merancang percobaan, menyajikan data, dan
menginterpretasi data).
· Bekerja sama dalam kelompok saat kegiatan praktikum
|
Keterampilan Berpikir Kritis
|
·
Menjelaskan hasil percobaan dengan
presentasi
·
Mengemukakan pendapat pada kelompok yang
presentasi
·
Menanggapi pendapat
· Diskusi
|
Pengambilan Keputusan
|
·
Mengomentari dan menyimpulkan proses
pembelajaran
·
Menjawab permasalahan yang muncul
pada kegiatan awal
· Menjawab pertanyaan yang diberikan gurudengan tujuan merefleksi materi
|
(Desy, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Costa, A, L (editor), 1985, Developing Minds : A
Resource Book for Teaching Thinking, Virginia: ASCD Publication
Desy Eka Wahyuni, Alimufi Arief. 2015. Implementasi
Pembelajaran Scientific Approach Dengan Soal Higher Order Thinking
Skill Pada Materi Alat-Alat Optik Kelas X di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik.
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Universitas Negeri Surabaya. Vol. 04
No. 03 Hal. 32-37
Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, Elvin Yusliana Ekawati.
2013. Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada
Siswa Smp. Jurnal Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret. Vol.1
No.2 Hal. 18
Heong, Y.M., Othman, W.D., Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills Among Technical
Education Students. International Journal of Social and Humanity, Vol. 1, No. 2, July 2011, 121-125
Education Students. International Journal of Social and Humanity, Vol. 1, No. 2, July 2011, 121-125
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Diakses: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-indonesia-mengalami-peningkatan
Thomas, A., Thorne, G., & Small, B. (2000). High
Order Thinking – It’s HOT!. Diakses: http://cdl.org/resource-library/pdf/feb00PTHOT.pdf
Tri Widodo dan Sri Kadarwati. 2013. Higher Order
Thinking Berbasis Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Berorientasi Pembentukan Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta. No.1
Download Makalah dan LKS bervisi HOTS dibwah ini:
Post a Comment for "Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi / High Order Thinking Skill – (HOTS)"