Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keterampilan Proses Sains (KPS)


KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SOAL BERKETERAMPILAN PROSES SAINS

A.  PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber  belajar pada suatu lingkungan belajar tertentu. Sains/IPA sebagai ilmu memegang peranan penting dalam masyarakat. Sains diperoleh dan dikembangkan melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dengan hasil berupa produk ilmiah yang tersusun atas konsep,  prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Merujuk pada hakikat sains sebagai proses, tentunya proses pembelajaran IPA menekankan pada adanya pengalaman langsung sehingga memberi ruang kepada siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah secara terpadu.
Menurut kurikulum 2013, Aspek keterampilan yang dilakukan mengacu pada pendekatan sains (Scientific Approach) seperti keterampilan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar, semua proses tersebut mengarah pada aspek-aspek yang ada dalam Keterampilan Proses Sains. Menurut (Asih, 2015) kurangnya pemberian Keterampilan Proses Sains pada proses pembelajaran, salah satu penyebab masalah ini karena tidak adanya keyakinan dan pemahaman yang benar pada guru, bahwa hasil yang baik hanya bisa diperoleh dari proses yang baik juga. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang Keterampilan Proses Sains dan penerapannya dalam pembelajaran.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud Keterampilan Proses Sains?
2.      Bagaimana penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran?
C.  PEMBAHASAN
1.      Pengertian Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam  pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa.
American Association for the Advancement of Science (1970) dalam Devi (2011), Keterampilan proses IPA diklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu, bahwa pengklasifikasian keterampilan proses dasar yaitu:
a.       Pengamatan (observation)
Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan pengamatan menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan dengan menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal disekitarnya akan berkembang. Informasi yang diperoleh itu, dapat menuntut interpretasi siswa tentang lingkungan dan menelitinya lebih lanjut.
b.      Pengelompokan (Classification)
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan. Penggolongan mahluk hidup dilakukan setelah siswa mengenali ciri-cirinya. Dengan demikian dalam proses mengelompokkan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
c.       Pengukuran (Measuring)
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan dalam menggunakan alat dalam memperoleh data dapat disebut pengukuran.
d.      Komunikasi (Communication)
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya.
e.       Menyimpulkan (Inferensi)
Kesimpulan adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.
f.        Prediksi (meramalkan)
Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang. Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu : Inferensi harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat pengamatan dilakukan.
Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen.
 a. Pengontrolan Variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Kedudukan sebuah variabel dalam penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil dari sebuah penelitian. D alam suatu eksperimen terdapat tiga macam variable, yaitu: variable manipulasi, variable respon dan variable control.
b. Interpretasi Data
Keterampilan intepretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang mudah dipahami. Misalnya dalam bentuk tabel, grafik dengan angkaangka yang sudah ditentukan rata-ratanya. Data yang sudah dianalisis kemudian diimpretasikan menjadi suatu kesimpulan dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus yang membentuk pola atau beberapa kecenderungan.
c. Perumusan Hipotesa
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variable, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya.
d. pendefinisian variabel secara operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variable berarti menetapkan bagaimana suatu variable itu diukur. Definisi operasional suatu variable adalah definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variable. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang dicatat dari suatu eksperimen.
e. Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variable yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudat tepat.
2.      Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran.
Pendekatan keterampilan proses menekankan bagaimana siswa belajar, Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Akinbola & Afolabi (2010: 235) menyatakan bahwa “science process skills are cognitive and psychomotor skills employed in problem solving. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif dan psikomotorik. Kognitif terlibat karena siswa menggunakan pikirannya untuk memecahkan masalah. Keterampilan proses sains merupakan aspek kegiatan intelektual yang bisa dilakukan oleh saintis dalam menyelesaikan masalah dan menentukan produk-produk sains. Keterampilan psikomotor jelas terlihat dalam keterampilan proses sains, karena proses memecahkan masalah melibatkan pengukuran, perencanaan percobaan, dan eksperimen. Beberapa metode yang banyak diterapkan dalam pendekatan Keterampilan Proses Sains diantaranya Menurut Asna, Penerapan model pembelajaran PBL pada pembelajaran Fisika dapat menumbuhkan keterampilan proses sains siswa. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dilengkapi LKS dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi hukum dasar kimia (Kurniawati, 2016). Menurut Marjan, pembelajaran berpendekatan santifik mampu meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan poses sains, disebabkan karena pendekatan ini memberikan keterlibatan langsung siswa dalam mengali dan menemukan konsep berdasarkan fakta yang mereka temukan.
Penilaian dalam pembelajaran yang menggunakan keterampilan proses dapat dilakukan secara tes dan nontes. Penilaian secara tes dapat dilakukan melalui ujian tertulis dan lembar kerja. Sedangkan tes perbuatan dapat dilakukan melalui observasi dan tes perbuatan. Namun demikian, secara spesifik penilaian sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta kreativitas dan kemampuan guru.


DAFTAR PUSTAKA

Akinbola, A.O., & Afolabi, F. (2010).Analysis of science process skills in west African
senior secondary school certificate physics practical examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research, 5 (4), 234-240
Asih, Triana. 2015. Pengembangan Model Panduan Pembelajaran Keterampilan Proses Sains Biologi Sma/Ma. Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi. Universitas Muhammadiyah Metro
Devi, K. P., Renny, S., & Yayan, R. 2011. Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA. [diakses: http://www.bpptkpu-jabar.com/materi/0109_SMA_05.pdf ]
Kurniawati, Desi. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dilengkapi LKS Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Hukum Dasar Kimia Siswa Kelas X Mia 4 Sma N 1 Karanganyar Ta 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia.  5 (1) 2016  Universitas Sebelas Maret
Lutfa, Asna. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Pbl (Problem Based Learning) Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa SMA. Unnes Physic Education Journal. Semarang: UNNES 3 (2) (2014)
Makalah Keterampilan Proses Sains.  [diakses: http://www.pasarmakalah.com/2015/10/makalah-keterampilan-proses-sains.html]
Marjan, Johari. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.4. 2014. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No 54 Tahun 2013 Tentang Standard Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Purnamawati. 2017. Pembelajaran IPA Ideal Yang Efektif dan Meningkatkan Kreatifitas Siswa. Balai Pendidikan dan Latihan Kemenag Padang
Rustaman, Y. N., Soendjojo, D., Suroso, A. Y., Yusnani, A., Ruchji, S., Diana, R. & Mimin, N. K. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Imstep: Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia.

>> untuk lebih lengkapnya makalah dapat di download dibawah ini:
Video Presentasi


Download file presentasi

Terima Kasih-Semoga Bermanfaat




1 comment for "Keterampilan Proses Sains (KPS)"

Almusto_Kangmus 19 October 2019 at 21:01 Delete Comment
Jos gandos om